17 Oktober, 2008

Kisah Haji Abdullah bin Al Mubarak

Abdullah bin al-Mubarak hidup di Mekkah. Pada suatu waktu, setelah menyelesaikan ritual ibadah haji, dia tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit.

“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.

“600.000,” jawab malaikat lainnya.

“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”

“Tidak satupun”


Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. “Apa?” aku menangis. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasing yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”

“Ada seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Mowaffaq.” Kata malaikat yang pertama. “Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni.”

Ketika aku mendengar hal ini, aku terbangun dan memutuskan untuk pergi menuju Damaskus dan mengunjungi orang ini. Jadi aku pergi ke Damaskus dan menemukan tempat dimana ia tinggal. Aku menyapanya dan ia keluar. “ Siapakah namamu dan pekerjaan apa yang kau lakukan?” tanyaku. “Aku Ali bin Mowaffaq, penjual sepatu. Siapakah namamu?”

Kepadanya aku mengatakan Abdullah bin al-Mubarak. Ia tiba-tiba menangis dan jatuh pingsan. Ketika ia sadar, aku memohon agar ia bercerita kepadaku. Dia mengatakan: “Selama 40 tahun aku telah rindu untuk melakukan perjalanan haji ini. Aku telah menyisihkan 350 dirham dari hasil berdagang sepatu. Tahun ini aku memutuskan untuk pergi ke Mekkah, sejak istriku mengandung. Suatu hari istriku mencium aroma makanan yang sedang dimasak oleh tetangga sebelah, dan memohon kepadaku agar ia bisa mencicipinya sedikit. Aku pergi menuju tetangga sebelah, mengetuk pintunya kemudian menjelaskan situasinya. Tetanggaku mendadak menagis. “Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa,” katanya. “Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu.” Hatiku serasa terbakar ketika aku mendengar ceritanya. Aku mengambil 350 dirhamku dan memberikan kepadanya. “Belanjakan ini untuk anakmu,” kataku. “Inilah perjalanan hajiku.”

“Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku,” kata Abdullah, “dan Penguasa kerajaan surga adalah benar dalam keputusanNya.”

******

Abu Abdurrahman Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al Marwazi lahir pada tahun 118 H/736 M. Ia adalah seorang ahli Hadits yang terkemuka dan seorang petapa termasyhur. Ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain di dalam bidang gramatika dan kesusastraan. Ia adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat pada tahun 181 H/797 M.

*********

Kisah di atas diambil dari buku “Warisan Para Awliya” karya Farid al-Din Attar.

Edisi Inggris “Muslim Saints and Mystics: Episodes from the Tadhkirat al-Auliya (Memorial of the Saints) By Farid al-Din Attar”

Semua Paragrap yang di sembunyikan

Read More… Read More…

16 Oktober, 2008

Sejarah Ka'bah

Taukah anda bahwa ka’bah sudah pernah dibangun berkali kali ?!

Pembangunan ka’bah yang terkenal ada lima kali:

01. Malaikat.
02. Adam A.S.
03. Ibrahim A.S.
04. Qaum Quraish. Rasul ikut hadir beliau umur 25 tahun.
05. Ibn Zubair.

Sejarah pembangunan Ibrahim bermula dari Kecemburuan yang memuncak dari istri Ibrahim yang bernama Sarah, Sarah cemburu gara gara Hajar bisa mengandung Calon putra Ibrahim yang akhirnya diberi nama isma’il.


Dikarenakan Kecemburuan Sarah sudah memuncak, maka dengan hormat sarah meminta Ibrahim menyingkirkan Hajar dari pandangan Sarah.

Allah tidak tinggal diam, ALLAH berfirman pada ibrahim untuk membawa Hajar dan Ismail ke Makkah, lalu perintah itu diikuti oleh Ibrahim.

Sesampainya di Lembah (masjid haram sekarang) dengan bekal yang sangat terbatas Nabi ibrahim meninggalkan Hajar dan putranya dilembah itu.

Selang beberapa langkah, Hajar bertanya kepada ibrahim: Wahai Ibrahim apakah ALLAH yang memerintahkan engkau meninggalkan kami di sini ?!

Ibrahim tidak segera menjawab, sehingga Hajar mengulangi pertanyaannya lagi.

Akhernya Ibrahim menjawab: iya ALLAH yang memerintahkan aku untuk meninggalkan Kalian di lembah ini.

Begitu mendapatkan Jawaban dari ibrahim, Hajar seraya berkata: Kalau begitu ALLAH tidak akan menyia nyiakan Kami disini.

Lalu berangkatlah nabiullah Ibrahim, ketika pandangan Hajar sudah lenyap dibalik bebukitan, ibrahim berpaling dan berdo’a: Ya Tuhan kami !! sesungguhnya aku telah meletakkan Sebagian dari keturunanku disuatu lembah yang gersang, di sisi rumahmu(bakal menjadi BAITULLAH) yang dimulyakan (muharram) ya tuhan kami agar mereka mendirikan solat. Maka jadikanlah hati manusia condong pada mereka. dan berikanlah mereka rizki dari buah buahan agarsupaya mereka bersyukur.

Setelah ibrahim lenyap, hajar tinggal bersama putranya yang masih bayi, Perlahan bekal yang dibawanya mulai habis, lalu hauslah Hajar Dan haus pula Putranya, Melihat putranya sudah menggeliat kelaparan dan kehausan Hajar menghibur diri lari ke sana dan kemari untuk mendapatkan Bantuan sampai naik ke bukit sofa lalu lari lagi kemarwah (laksana orang sa’i sekarag) namun tiada orang yang dapat membantunya.

Walaupun Puncak tawakkal Hajar sudah terpatri dihatinya (ingat.! perkataan hajar saat ditinggal ibrahim adalah: ALLAH tidak akan menyia nyiakan nya) Hajar tetap berusaha mencari pertolongan karena tawakkal yang benar adalah Usaha Bukan pangku tangan.

Tiba tiba terdengar suara, dan hajar segera berusaha untuk mencari asal suara itu, ternyata Malaikatlah Yang ALLAH utus untuk membantu HAJAR yang bersih hatinya, Pasrah pada ALLAH akan segalanya.

Disitulah Malaikat menunjukkan Air Zam zam Pada Hajar, sehingga hajar bisa memberi minum anaknya yang hampir meregang maut karena kehausan.

Ibrahim Tidak lupa akan Hajar dan putranya kadang ibrahim menjenguk mereka, disalah satu kunjungan inilah ibrahim berkata pada putranya (isma’il): wahai ism’il putraku .! Bahwasanya ALLAH telah memerintahkan aku untuk membangun Bait (ka’bah) di tempat ini apakah kau akan membantuku ?! Isma’il menjawab: tentu.

Sehingga mulailah bapak ban anak membangun Baitullah Ka’bah. dan mereka berdo’a: WAHAI TUHAN KAMI !! TERIMALAH DARI KAMI, BAHWASANYA ENGKAU MAHA MENDENGAR DAN MAHA TAHU. (AL BAQORAH AYAT:127)

Lalu mereka Towaf di sekitar Ka’bah yang baru mereka bangun itu.

Jauh sebelum terutusnya Muhammad S.A.W. Baitullah ka’bah hanyalah merupakan bentuk dari susunan batu tampa semen, dan tingginya cuma sekitar 2 mtr, sehingga banyak pencuri jahil yang berani mencuri harta harta wakaf milik ka’bah.

Maka saat ada Kapal pedangang Roma yang kandas di jedah Maka kayu bekas perahu itu dipergunakan untuk di jadikan atap ka’bah.

Namun mereka takut untuk merobohkan ka’bah dan membangunnya lagi, mereka takut kwalat/la’nat dari ka’bah, sehingga yang berani memulai acara itu adalah WALID IBN MUGHIRAH setelah mereka melihat walid masih segar bugar, mereka langsung berbondong bondong untuk membantunya.

Kemudian mereka bergotong royong membangun Ka’bah sampai pada saat tiba meletakkan hajar aswad (BATU HITAM YANG DI SUNAHKAN DI KECUP KARENA RASUL MENGECUPNYA BERADA DI POJOK SAMPING PINTU KA’BAH) Semua Suku yang ada di makkah berebut untuk menjadi peletak hajar aswad yang sah, bahkan mereka siap untuk membunuh dan perang demi menjaga gengsi itu, sehingga pembangukan ka’bah tertunda -+5 hari selagi mereka bermusyawarah untuk menghindari perang saudara.

Sebagian Perawi Mengatakan: Saat itu orang quraish yang tertuah adalah Aba Umayyah Ibn Mughirah Ibn Abdallah Ibn Amr Ibn makhzum dia berkata: Sebaiknya Biar orang yang pertamakali masuk pintu masjid dijadikan Hakim dalam masalah ini.!

lalu meraka sepakat akan ide itu, Ternyata yang pertama kali masuk pintu masjid pada hari itu adalah MUHAMMAD (belum menjadi Rasulullah) yang waktu itu masih muda.

Begitu mereka tahu bahwa yang pertama kali masuk masjid adalah Muhammad mereka langsung berkata: Setuju, Ini adalah Muhammad AL AMIN (orang yang dapat dipercaya, ga pernah bohong).

Lalu Muhammad meminta Kain, Lalu dihamparlah kain itu dan rasul mengangkat Hajar Aswad tadi dengan Tangan Beliau Lalu di letakkannya di atas kain yang terhampar tadi, sehingga rasul memerintahkan setiap wakil kelompok untuk memegang sudut sudut kain dan mengangkat bersama untuk dipasang ditempatnya (pojok ka’bah)

Dengan demikian pembagunan ka’bah berlanjut sampai selesai..!!

Semua Paragrap yang di sembunyikan

Read More… Read More…

Adakah Haji Akbar??

Barangkali, pembaca sering mendengar istilah haji akbar. Berbagai macam asumsi tentang haji akbar ini berkembang di tengah masyarakat, semisal, bahwa haji akbar adalah wuquf di padang Arafah yang bertepatan pada hari Jum'at. Sebagian berasumsi, bahwa haji akbar adalah hari Idul Adha yang bertepatan dengan hari Jum'at.
Yang menjadi pertanyaan, darimanakah istilah haji akbar itu? Adakah dasar penggunaan istilah haji akbar ini? Kalaupun ada, apa yang dimaksud dengan haji akbar itu?


1 Asal-Usul Istilah Haji Akbar

Istilah haji akbar telah digunakan Al Qur'an, yaitu dalam surat At Taubah. Allah berfirman,



Dan (inilah) suatu permakluman dari Allah dan RasulNya kepada manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertaubat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakan kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.. (QS At Taubah:3).


2 Perbedaan Pendapat Di Antara Ulama Tentang Maksud Haji Akbar

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang haji akbar yang dimaksudkan dalam ayat di atas. Imam Al Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam Shahih-nya berkenaan dengan tafsir ayat di atas, dari Abu Huralrah,



Dia mengabarkan, bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq mengutusnya pada musim haji yang beliau diangkat sebagai amir haji oleh Rasulullah sebelum haji wada' dalam satu rombongan untuk mengumumkan kepada manusia, agar jangan ada seorangpun dari kaum musyrikin yang mengerjakan haji setelah tahun ini dan agar jangan ada seorangpun yang mengerjakan thawaf dalam keadaan telanjang.2

Humaid (salah seorang perawi) berkata,



"Hari Nahar (hari penyembelihan hewan kurban atau hari Idul Adha) adalah hari haji akbar berdasarkan hadits Abu Hurairah ini."3

Dalam lafadz lain disebutkan, dari Abu Hurairah, bahwa la berkata,



Abu Bakar mengutusku bersama beberapa orang pada hari Nahar di Mina. untuk mengumumkan agar jangan ada seorangpun dari kaum musyrikin yang mengerjakan haji setelah tahun ini,, dan agar Jangan ada seorangpun yang mengerjakan thawaf tanpa busana. Dan bahwasanya hari haji akbar adalah hari Nahar (Idul Adha). Sesungguhnya disebut haji akbar, karena orang-orang mengatakan haji ashgar. Lalu Abu Bakar berbicara di hadapan manusia pada tahun itu, sehingga tidak ada seorang musyrikpun yang mengerjakan haji pada tahun berikutnya, pada waktu Rasulullah mengerjakan haji wada'.4

Ibnu Hajar Al Asqalani menyebutkan dalam kitab Fathul Bari,5 bahwa perkataan,



"Hari haji akbar adalah hari Nahar…"

adalah perkataan Humaid bin Abdurrahman (salah seorang perawi hadits yang meriwayatkan dari Abu Hurairah). la mengambil istimbath (kesimpulan) tersebut dari firman Allah surat At Taubah ayat 3 di atas, dan dari seruan yang dikumandangkan oleh Abu Hurairah atas perintah Abu Bakar pada hari Nahar. Itu menunjukkan, bahwa yang dimaksud haji akbar adalah hari Nahar.

Mengenai perkataan,



"sesungguhnya disebut haji akbar karena …"

yang termuat dalam hadits kedua di atas, Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan,



"Lafadz ini disebutkan juga dalam riwayat Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Abu Dawud''.

Asal riwayat ini terdapat dalam kitab Shahih secara marfu' dengan lafadz :



Hari apakah ini?"



Mereka berkata."Hari Nahar!"



Rasul berkata, "Hari ini adalah hari haji akbar."

Kemudian, para ulama berselisih pendapat tentang haji ashgar. Menurut jumhur ulama, maksudnya ialah umrah.

Abdurrazaq meriwayatkan secara maushul (tersambung sanadnya) dari jalur Abdullah bin Syaddad -salah seorang tabi'in senior- dan diriwayatkan juga secara maushul oleh Ath Thabari dari sejumlah ulama, seperti Atha' dan Asy Sya'bi.

Diriwayatkan pula dari Mujahid, bahwa yang dimaksud haji akbar adalah haji qiran. Sedangkan haji ashgar adalah haji ifrad. Ada pula ulama yang mengatakan, yang dimaksud dengan haji ashgar adalah hari Arafah, dan haji akbar adalah hari Nahar, karena pada hari itu disempurnakan manasik haji yang tersisa.

Menurut Sufyan Ats Tsauri, seluruh hari-hari haji (termasuk hari Arafah, hari Nahar dan tasyriq] adalah hari haji akbar, seperti halnya istilah hari Fath, hari Jamal, hari Shiffin dan sejenisnya. Pendapat seperti ini juga dinukil dari Mujahid dan Abu Ubaid. Pendapat ini didukung oleh As Suhaili. Dia menyebutkan, bahwa Ali membacakannya pada seluruh hari-hari haji.

Ada pendapat yang menyebutkan, bahwa ahli jahiliyah dahulu wuquf di Arafah, sedangkan kaum Quraisy wuquf di Muzdalifah. Lalu pada pagi hari Nahar, mereka semua berkumpul di Muzdalifah. Oleh karena itu, disebutlah hari itu sebagai hari haji akbar, karena seluruhnya (ahli jahiliyah dan kaum Quraisy) berkumpul di Muzdalifah."

Diriwayatkan dari Al Hasan, ia mengatakan, bahwa disebut hari haji akbar, karena pada hari itu bertepatan dengan hari besar seluruh agama-agama.

Ath Thabari meriwayatkan dari Abu Juhaifah dan yang lainnya, bahwa hari haji akbar itu ialah hari Arafah. Sementara Sa'id bin Jubair berpendapat, hari haji akbar adalah hari Nahar.6

At Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib secara marfu' dan mauquf dengan lafadz,



"Hari haji akbar adalah hari Nahar."

Namun At Tirmidzi menguatkan riwayat yang mauquf. Ibnu Jarir Ath Thabari meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Shahba' Al Bakri yang menyebutkan sebab munculnya anggapan sebagian orang, bahwa haji akbar itu adalah hari Nahar. Ia berkata,



"Aku bertanya kepada Ali bin Abi Thalib tentang hari haji akbar yang disebutkan dalam surat At Taubah ayat 3.

Ali berkata,"Sesungguhnya Rasulullah mengutus Abu Bakar bin Abi Quhafah untuk memimpin haji. Lalu beliau mengutusku bersamanya dengan membawa empat puluh ayat dari surat Al Bara'ah. Abu Bakar tiba di Arafah dan menyampaikan khutbah pada hari Arafah. Setelah menyampaikan khutbahnya, beliau memandang ke arahku lalu berkata,

“Bangkitlah, hai Ali dan sampaikanlah risalah Rasulullah''.

Lalu akupun bangkit dan membacakan kepada manusia empat puluh ayat dari surat Al Bara'ah (At Taubah). Kemudian kami bertolak dari Arafah dan tiba di Mina, aku melempar jumrah, menyembelih hewan kurban dan mencukur rambut. Aku lihat jama'ah haji di Mina tidak seluruhnya menghadiri khutbah Abu Bakar pada hari Arafah. Akupun berkeliling ke kemah-kemah untuk membacakannya kepada mereka. Oleh karena itu kalian mengira, bahwa hari haji akbar itu adalah hari Nahar, padahal hari itu sebenarnya adalah hari Arafah."

Abu Ishaq pernah bertanya kepada Abu Juhiifah tentang hari haji akbar, ia menjawab,



"Hari Arafah!"



Abu Ishaq bertanya,"Apakah menurut pendapatmu saja, atau pendapat seluruh sahabat Rasulullah?"



Beliau menjawab,"Dari pendapat seluruhnya."

Oleh karena itulah Umar bin Al Kaththab secara tegas mengatakan, bahwa hari haji akbar adalah hari Arafah. Pendapat ini diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas, Abdullah bin Az Zubair, Mujahid, Ikrimah, Atha' dan Thawus.

Sementara itu, para sahabat yang berpendapat bahwa hari haji akbar adalah hari Nahar, diantaranya ialah Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abi Aufa, Al Mughirah bin Syu'bah, sebuah riwayat lain dari Abdullah bin Abbas, Abu Juhaifah. Sa'id bin Jubair, Abdullah bin Syaddad bin Al Haad, Nafi' bin Jubair bin Muth'im, Asy Sya'bi, Ibrahim An-Nakha'i, Mujahid, Ikrimah, Abu Ja'far Al Baqir, Az Zuhri, Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, bahwa mereka semua mengatakan hari haji akbar ialah hari Nahar.

Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir Ath Thabari dalam tafsirnya, berdasarkan hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al Bukhari di atas dan beberapa hadits lainnya.

Ibnu Jarir Ath Thabari menyebutkan hadits lain dari Abdullah bin Umar, bahwasanya ia berkata,



"Rasulullah berdiri di Jumrah pada hari Nahar ketika haji Wada'. Rasulullah berkata,''Ini adalah hari haji akbar'."

Demikianlah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih dari hadits Abu Jabir -namanya adalah Muhammad bin Abdul Malik.

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan hadits lain yang mendukung pendapatnya dari Abu Bakrah, ia berkata:



Pada hari Nahar, Rasulullah duduk di atas unta beliau. Orang-orang berdiri memegang tali kekangnya. Rasulullah bertanya,"Hari apakah ini?"

Kami diam, karena kami mengira beliau akan menyebutkan nama lain selain dari nama yang kami kenal. Kemudian beliau berkata,"Bukankah hari Ini adalah hari haji akbar?" (Sanadnya shahih, asalnya terdapat dalam kitab Ash Shahih).

Diriwayatkan pula oleh Abu Ahwash dari Amru bin Al Ahwash, bahwa ia mendengar Rasulullah berkata pada hari haji wada':



"Hari apakah ini?" Mereka berkata, "Hari haji akbar."

Riwayat-riwayat di atas rnenguatkan pendapat yang rnengatakan, bahwa hari haji akbar adalah hari Nahar. Sementara itu, diriwayatkan dari Sa'id bin Al Musayyib, bahwa hari haji akbar adalah hari kedua dari hari Nahar. Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya.7


3 Kesimpulan Masalah

Kesimpulannya, dalam masalah ini, ada beberapa pendapat ulama. sebagai berikut:



* Pendapat yang rnengatakan hari haji akbar adalah hari Arafah.
* Pendapat yang rnengatakan hari haji akbar adalah hari Nahar (hari Idul Adha).
* Pendapat yang rnengatakan, bahwa hari haji akbar adalah hari kedua dari hari Nahar.
* Pendapat yang rnengatakan, bahwa haji akbar adalah haji qiran, sedangkan haji ashgar adalah haji ifrad.
* Pendapat yang rnengatakan, bahwa hari haji akbar adalah seluruh hari-hari haji.
* Sebagian ulama berpendapat, bahwa haji akbar adalah hari Arafah, dan haji ashgar adalah hari Nahar.
* Sebagian ulama lainnya berpendapat, haji akbar adalah haji, dan haji ashgar adalah umrah.

Namun, seluruh pendapat tersebut dapat disatukan kepada pendapat yang kelima. Yaitu hari haji akbar adalah seluruh hari-hari haji, termasuk di dalamnya hari Arafah, hari Mina, hari Muzdalifah, hari Nahar dan hari-hari tasyriq. Karena, para sahabat maupun tabi'in yang berpendapat haji akbar adalah hari Nahar tidak menafikan jika haji akbar itu juga hari Arafah. Bahkan ada sebagian sahabat yang berpendapat, bahwa hari haji akbar adalah hari Arafah dan juga hari Nahar, misalnya seperti Turjumanul Al Qur'an Abdullah bin Abbas. Demikian pula sebaliknya. Wallahu a'lam bish shawab.


Catatan Kaki

…2
Shahih Bukhari
…3
Silakan lihat Shahih Al Bukhari, hadits nomor 4657, dari hadits Abu Hurairah.
…4
Silahkan lihat Shahih Al Bukhari dalam kitab Al Jizyah dari hadits Abu Hurairah.
…5
Juz Vlll/407..
…6
Silahkan lihat Fathul Bari VIII/407-408.
…7
Silahkan lihat riwayat-riwayat ini dalam Tafsir Ibnu Jarir, Tafsir Ath Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir.

Disalin dari http://blog.vbaitullah.or.id/2006/12/04/820-adakah-haji-akbar/

Semua Paragrap yang di sembunyikan

Read More… Read More…

Asal Usul Maqam Ibrahim

Setelah Nabi Ismail bersetuju untuk membantu Nabi Ibrahim membangunkan Kaabah, maka Nabi Ibrahim bersama dengan anaknya pun mula membina Kaabah setelah Allah S.W.T menunjukkan kepada mereka tempat yang harus dibina Baitullah itu.
Ada dua riwayat yang mengatakan bahawa Allah S.W.T meninggikan tapak Baitullah sebelum dibina oleh Nabi Ibrahim dan anaknya, tapak Baitullah tidak terkena bala bencana taufan sewaktu taufan besar melanda.
Satu riwayat lagi mengatakan bahawa tapak Baitullah itu telah runtuh dalam taufan besar sepertimana runtuhnya binaan-binaan besar yang lain. Setelah peristiwa taufan besar melanda maka sesungguhnya tidak ada orang lain yang mulakan pembinaannya semula kecuali Nabi Ibrahim dan anaknya.


Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memulakan pembinaan Baitullah. Nabi Ibrahim menyusun naik batu sementara Nabi Ismail pula mengutip batu-batu besar seperti yang difirman oleh Allah S.W.T yang bermaksud, "Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim bersama-sama anaknya Nabi Ismail meninggikan binaan (tapak) Baitullah (Kaabah) sambil keduanya berdoa dengan berkata, Wahai Tuhan kami! Terimalah, daripada kami amal kami sesungguhnya Engkau amat mendengar lagi Amat Mengetahui." (surah al-Baqarah ayat 127).

Apabila binaan sudah meninggi, Nabi Ismail, menghulurkan batu besar yang cukup tinggi dan diambil oleh Nabi Ibrahim dan membina Baitullah sehingga ia siap pembinaannya. Maka dengan kehendak Allah S.W.T sebaik sahaja Nabi Ibrahim meletakkan kakinya di batu besar itu, maka terlekatlah tapak kaki Nabi Ibrahim sepertimana dapat kita melihatnya sehingga hari ini dekat Baitullah. Dan ini adalah suatu tanda kebesaran Allah S.W.T.
Apabila agama Islam datang, Allah S.W.T mensyariatkan untuk bersembahyang di belakang maqam Ibrahim sepertimana firman Allah yang bermaksud, "Dan jadikanlah oleh kamu maqam Ibrahim itu tempat sembahyang." (surah al-Baqarah ayat 125).

Yang dikatakan maqam Nabi Ibrahim itu adalah kedua belah bekas tapak kaki beliau dan bukan kubur Nabi Ibrahim.
Setelah selesai pembinaan Baitullah, maka Allah S.W.T memerintahkan Nabi Ibrahim memberi kebenaran kepada umat manusia menunaikan haji di Baitullah. Firman Allah S.W.T yang bermaksud, "Dan serulah umat manusia untuk datang mengerjakan haji, nescaya mereka akan datang ke (Rumah Allah)mu dengan berjalan kaki, dengan berkenderaan berjenis-jenis unta yang kurus, yang datangnya dari berbagai jalan (ceruk rantau) yang jauh." (surah al-Haj ayat 27).

Setelah itu Nabi Ibrahim naik ke gunung (Jabal) Abi Qubais satu gunung yang paling dekat dengan baitullah dan di sana beliau memanggil dengan nama Allah, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Tuhan kamu telah membina satu rumah-Nya bagi kamu, oleh itu hendaklah kamu semua tunaikan haji di sana."
Nabi Ibrahim menyeru ke kanan dan ke kiri seolah-olah orang melaungkan azan. Allah S.W>T menyampaika seruan Nabi Ibrahim a.s pada setiap orang yang diciptakan dalam bacaan talbiah dan itulah pernyataan semua orang yang mengerjakan fardhu haji, kerana haji itu tidak akan sah tanpa talbiah.

Bacaan talbiah antara lainnya, "Labbaikallahhummalabbaik" yang bermakna, aku datang untuk menunaikan panggilan-Mu ya Allah.
Menunaikan haji adalah salah satu rukun Islam, oleh itu hendaklah kita menunaikannya apabila kita sudah mampu melaksanakannya. Banyak orang menunaikan haji, tetapi sekembali mereka dari menunaikan haji yang sangat menyedihkan ialah terdapat juga orang yang melakukan maksiat lebih teruk dari masa sebelum menunaikan haji. Oleh itu, hendaklah kita mulakan dengan sembahyang, puasa, zakat dan seterusnya menunaikan haji.

Kalau kita menunaikan haji tanpa mengerjakan sembahyang lima waktu maka sia-sia sahaja haji yang kita lakukan sebab ia tidak akan diterima oleh Allah S.W.T. Dan ini adalah salah satu punca mereka yang kembali dari menunaikan haji melakukan bermacam-macam maksiat.
Bagi mereka yang mendapat kenikmatan haji mereka ini tidak akan berani melakukan kerja-kerja yang dimurkai oleh Allah S.W.T sebaliknya mereka akan berusaha untuk menjadi muslim yang sempurna. Tanpa mengerjakan sembahyang, maka semua kerja-kerja yang berbentuk amal, sedekah, zakat dan sebagainya semuanya itu tidak akan diterima oleh Allah S.W.T.

Semua Paragrap yang di sembunyikan

Read More… Read More…

Pemindahan Tempat Haji

Kiai se-Jateng belum mencapai kata sepakat mengenai dampak sah atau tidaknya, pemindahan beberapa tempat pelaksanaan haji, perubahan ritual haji seperti tempat sai, mabit, dan jamarat oleh pemerintah Arab Saudi.

Menurut pendapat para ulama, sebelum diambil konsensus hukum mengenai masalah ini, perlu dilakukan pemahaman mendetail, termasuk memahami secara geografi mengenai persoalan mabit dan jamarat.


Hal ini dianggap penting, karena tempattempat tersebut secara rinci diatur dalam Alquran, sunnah maupun kitab-kitab fiqh. Persoalan-persoalan itu muncul dalam pembahasan yang dilakukan di Ponpes Edi Mancoro Gedangan Tuntang, Kabupaten Semarang Selasa (15/4) siang. Kegiatan itu diikuti sekitar 150 kiai dan para pengelola Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) se-Jawa Tengah.

Dalam pertemuan itu para ulama juga akan melakukan pelacakan secara historis untuk mendapatkan pengertian yang hakiki dari Sofa dan Marwa, apakah ia gunung, apa bukit, apa gundukan. Jika pemindahan tempat sai itu memang keluar dari lingkup Sofa- Marwa, tentu membawa konsekuensi keabsahan haji bagi umat Islam yang berpegang teguh pada fiqh. Para ulama memandang bahwa pemindahan tempat sai akan menimbulkan konsekuensi yang harus ditanggung oleh pemerintahan Arab Saudi, baik konsekuensi dunia maupun akhirat.

Khusus permasalahan pemindahan tempat ibadah haji, para ulama mengusulkan dua alternatif kepada pemerintah RI. Pertama, pemerintah RI diharapkan memfasilitasi terbentuknya semacam Komite Hijaz jilid II yang terdiri dari para ulama untuk menanyakan langsung kepada pemerintah Arab Saudi pandangan dan keyakinan umat Islam Indonesia. Kedua, para ulama meminta kepada pemerintah RI untuk secara resmi mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pemerintah Arab Saudi terkait masalah pemindahan tempat sai, mabit dan jamarat.

Sementara, Cendikiawan muslim asal Rembang KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan, mengenai persoalan masa dan jamarat, perlu dipahami pengertian dari Sofa dan Marwa.

"Apakah tempat itu adalah gunung, bukit, atau hanya gumukan saja. Jika pemindahan tempat sai itu memang keluar dari lingkup Sofa-Marwa, tentu membawa konsekuensi keabsahan haji bagi umat Islam yang berpegang teguh pada fiqh," kata Gus Mus.

Di samping itu, lanjut Gus Mus, pemerintah Arab Saudi yang melakukan pemindahan tempat sai ini akan menimbulkan konsekuensi yang harus ditanggung, konsekuensi dunia dan akhirat.

Sementara, mengenai jamarat yang sekarang tidak ada tugunya lagi, perlu ada penegasan apakah melempar jumrah itu harus mengenai tugu atau harus masuk lubang saja. Sebab, jika harus mengenai tugu, namun sekarang tugunya sudah tidak ada karena sudah diganti tembok.

Menurut Gus Mus, pemerintah Arab Saudi lebih mementingkan keselamatan dan kenyamanan jamaah haji. Akan tetapi, di sisi lain Arab Saudi tidak mempertimbangkan aspek fiqh haji. Ini yang harus disikapi para ulama dan pemerintah RI.

Gus Mus juga mengingatkan, agar para ulama perlu memahami secara detail permasalahan haji ini, di samping mengenai fiqh juga perlu mengetahui peta georgrafi Arab Saudi, khususnya Makkah.

Semua Paragrap yang di sembunyikan

Read More… Read More…

EsEncHE's world

My Japanese Name Is...
Namiko Askikaga

**Seuntai Kata Bijak**

Don't try to live so wise, don't try 'coz you're so right..Don't dry with fakes or fears 'coz you will hate yourself in the end

**pikktuuree*

**pikktuuree*

Me N My Classmates